Selasa, 10 Januari 2012

JALAN PANJANG PERDAMAIAN ACEH

        Fakta menunjukkan, Aceh masih dibayangi potensi konflik pasca tiga tahun kesepakatan damai ditandatangani Pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Masih banyak persoalan yang dihadapi kedua belah pihak yang harus diselesaikan untuk memenuhi rasa keadilan sesuai MoU Helsinki.
        Namun, potensi konflik itu bisa dicegah apabila para pihak yang dulu terlibat konflik menyikapinya secara bijaksana dengan mempererat rasa saling percaya. Selain itu, semua pihak hendaknya tidak memberi ruang bagi kelompok tertentu yang ingin membuat rakyat Aceh kembali hidup dalam konflik, termasuk apabila pelakunya melibatkan personel KPA, PA, SIRA atau LSM lokal Aceh yg banyak diawaki oleh orang-orang yang dulu menjadi anggota GAM.
    Pasca kesepakatan damai, Aceh sudah mengalami banyak kemajuan, baik dari sisi keamanan, politik, ekonomi, dan pemerintahan. Namun potensi konflik masih mengincar karena ada pihak-pihak tertentu yang ingin membuat Aceh kembali ke masa kelam. Salah satu indikatornya adalah meningkatnya kasus kriminal bersenjata di beberapa wilayah di Aceh. 

       Secara umum, kini Aceh sudah memasuki babak baru dan banyak mengalami perubahan. Antara lain, dari sisi keamanan, tidak ada lagi terjadi konflik TNI-GAM. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga mulai tumbuh di sektor riil. 
       Namun demikian, dari banyak kemajuan itu ada beberapa kendala yang masih mengganjal hingga tiga tahun MoU. Antara lain, masih ada butir-butir MoU yang belum ada kesepahaman kedua belah pihak, penanganan korban konflik yang belum maksimal, serta meningkatnya aksi kriminal bersenjata yang (menyedihkan) justru melibatkan para mantan anggota sayap militer GAM.
      Bila ini tetap berlangsung, maka sama artinya pihak GAM tidak meng-hormati mereka yang telah berjasa dalam mewujudkan perdamaian di Aceh. Mereka dengan sengaja tidak memelihara perdamaian agar rakyat Aceh tidak kembali jatuh ke jurang konflik yang kembali membawa penderitaan berkepanjangan. Dengan kata lain, GAM justru berniat melibatkan kembali rakyat
dalam konflik dan penderitaan yang berkepanjangan.
       Ingat, masa depan perdamaian Aceh masih harus melalui jalan panjang dan penuh rintangan.
 Akhirnya, merupakan kewajiban semua pihak menjaga agar konflik tidak kembali terulang yang pada akhirnya membuat masyarakat Aceh harus kembali didera penderitaan.