Senin, 18 Juni 2012

“TSUNAMI” LAIN DI ACEH


          Tak ada lagi perang di Aceh. Semuanya telah berakhir damai, sejak MoU Helsiki disepakati, 15 Agustus 2005 lalu. Kini Aceh sedang membangun rumahnya, masyarakatnya, ekonominya, sosial budayanya, jalan-jalannya, akses informasinya, syariatnya dan sederet lainnya yang berarti membuka diri untuk menantang arus globalisasi.
           Soal membuka diri, sudah saatnya Aceh melakukan itu. Saat konflik masih mendera, Aceh memang luka,  pintu ke Aceh ditutup rapat oleh penguasa karena geliat GAM yang main hantam, tak peduli saudara-saudaranya sendiri. Itulah yang menjadi alasan bagi dunia untuk enggan masuk memberikan kontribusinya. Padahal, siapa yang tak mendambakan sebuah kemajuan?.
Setelah damai ada, mungkinkah Aceh seperti Singapura, Malaysia atau Cina yang sudah lebih maju dari Indonesia? Aceh kini sudah terbuka lebar kepada dunia, siapapun diterima untuk menginjak tanah Aceh selama maksud dan tujuannya adalah semata untuk menciptakan kemakmuran bagi rakyat Aceh, tanpa perlu khawatir tertembus peluru.
 Orang Aceh juga sudah bebas bepergian dan pulang sesuka hati. Artinya, kita tak perlu lagi berdiam diri, keluarlah untuk melihat dunia dan undanglah tamu untuk membawa dunia ke Aceh. 
Satu hal yang membuat banyak orang lupa bahwa sesungguhnya Aceh bukanlah milik pemerintah dan GAM saja, tapi seluruh rakyat Aceh memiliki hak atas tanah Aceh. Walau sejengkal tanah, rakyat jelata, dan komponen sipil harus dihargai dan dimanusiakan. Nyawa rakyat bukan seperti nyawa sapi yang begitu mudah tergadai oleh peluru panas karena berbeda pendapat. Pembungkaman, pengusiran, teror, intimidasi, penculikan ataupun namanya terhadap rakyat tidak dapat dibenarkan.
 Sekarang, marilah kita berdoa semoga tidak lagi ada gelombang tsunami, juga “tsunami-tsunami” lainnya seperti tsunami pembunuh-an, tsunami penculikan. dan tsunami kekhawatiran. Terakhir, bilapun ada airmata yang tertumpah di tanah ini, maka itu adalah airmata haru gembira karena anak negeri hidup rukun damai bahagia. Bukan lagi airmata kebencian dan kepedihan, yang tiap hari hanya akan melukai kita semua.