Selasa, 31 Juli 2012

Membongkar Janji-janji Aceh-1 dan Aceh-2


Hari ini, lebih sebulan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf sebagai nakhoda Aceh. 25 Juni lalu merupakan sebuah angka waktu yang sangat bersejarah bagi pasangan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf.
 Betapa tidak, dua lelaki yang sebelumnya berseberangan faham dengan negara Republik Indonesia, telah secara sah dilantik sebagai perpanjangan tangan Republik di ujung Sumatera.
Sebagai pasangan representatif rakyat, Zikir (begitu pasangan ini disebut), mempunyai tanggung jawab besar untuk menahkodai Aceh lima tahun mendatang. Banyak harapan yang disematkan kepada keduanya oleh rakyat. Mulai dari pembangunan ekonomi, pengentasan kemiskinan, sampai dengan upaya pemberantasan korupsi di negeri syariat.
 Namun diantara semua itu, membuka “bungkoh MoU” merupakan sesuatu yang sangat dinantikan oleh rakyat akan seperti apa definisinya kelak?.
Hal ini tentu saja sejalan dengan janji politik yang telah mereka lontarkan kepada rakyat saat berkampanye dulu. Baik yang dijanjikan secara langsung oleh Zaini dan Muzakir Manaf, maupun yang dijanjikan oleh tim sukses saat berkampanye.
Menurut catatan, diantara janji-janji yang pernah dilontarkan pasang ini adalah akan memajukan Aceh seperti Brunei Darussalam dan Singapura. Menyempurnakan UUPA, kepedulian terhadap janda dan anak yatim, peningkatan pendidikan serta pemberantasan korupsi yang menjadi prioritas. Selain itu juga akan menaikkan gaji pegawai dan honorer, termasuk aparat desa.
“Sudah 30 tahun Aceh kepanasan, Partai Aceh siap mendinginkan Aceh dan masyarakatnya,” Ucap Fakrul Razi, juru bicara PA pusat yang saat itu diturunkan sebagai jurkam di lapangan T. Chik Ampon Tayeb, Kecamatan Peureulak Kota, Minggu (25/3)
Bahkan janji yang lebih ‘menggiurkan lagi’ pernah dikatakan Muzakkir Manaf saat berkampanye di Lapangan Blang Asan, Kecamatan Peusangan, Bireuen (28/3). Ia menjanjikan memberikan uang setiap bulan untuk setiap KK di Aceh Rp 1 juta dengan dana yang diambil dari hasil migas. Selain itu juga mengupayakan quota haji untuk Aceh. Naik haji gratis untuk anak Aceh yang sudah akil baliq. Juga pemberangkatan jamaah haji dengan kapal pesiar.
Selain janji dia atas, masih banyak janji lainnya, dan terkesan muluk-muluk, tentu saja mengundang rasa percaya dan tidak percaya dikalangan rakyat. Apalagi ada beberapa janji yang ditebar pasangan Zaini Abdullah-Muzakir Manaf (Zikir) tersebut bersentuhan langsung dengan mimpi rakyat jelata, seperti uang gratis Rp 1 juta per bulan serta naik haji secara gratis dan dengan kapal mewah.
Setidaknya ada empat janji Zikir yang dinilai sangat ditunggu oleh masyarakat. Yaitu tentang pendidikan gratis, peningkatan mutu kesehatan, ibadah haji gratis dan pembagian Rp 1 juta per Kepala Keluarga (KK).
“Sebagai pribadi, saya sangat mendukung semua program pro rakyat yang pernah dijanjikan oleh Gubernur kita yang baru. Saya yakin bila mereka tidak akan ingkar janji. Apalagi dengan empat janji yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan rakyat kecil seperti saya ini,” Kata Visri (20) mahasiswa Universitas Almuslim, warga Geulanggang Teungoh, Kecamatan Kota Juang Bireuen sambil tersenyum.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Fajri Ilyas (21) warga Bugak Krueng, kecamatan Jangka, Bireuen. Dia berharap agar Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh yang baru tidak ingkar janji. Pasangan yang diusung oleh Partai Aceh itu, jangan sampai mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan oleh Gubernur Aceh sebelumnya yang gagal mensejahterakan rakyat.
 “Saya mendukung kedua pasangan ini untuk merealisasikan janjinya. Semoga saja dengan uang satu juta per kepala keluarga itu serta ibadah haji gratis, mampu menyelamatkan ekonomi keluarga miskin seperti kami. Juga memberikan kesempatan kepada kami agar dapat serta menunaikan ibadah haji,” ujarnya.
Bagi Fajri, menghajikan ibunya merupakan mimpi yang sangat besar sekali. Namun karena ekonomi yang tidak mendukung, mimpi itu harus dikuburnya dalam-dalam.
“Kalau kesempatan berhaji itu sampai kerumah saya dan saya yang mendapatkan giliran pertama sebelum mak saya, maka mak akan saya berikan kesempatan itu terlebih dahulu. Sebab, menghajikan beliau dan dapat mencium hajar aswad merupakan mimpi mak  sejak dulu,” kata mahasiswa jurusan PGSD Unimus, yang harus menjadi tukang RBT untuk membantu membiayai kuliahnya itu. Untuk diketahui, RBT merupakan  singkatan dari rakyat banting tulang, istilah yang agak dramatis buat tukang ojek di Aceh.
 Ismail Puteh (60) warga kecamatan Juli bahkan mengaku dirinya sudah bersiap-siap untuk menunggu implementasi janji “pasangan tua-muda” itu. Bahkan dia sudah menghitung bila bila dalam sebulan dapat Rp 1 juta per KK, maka dalam setahun dapat Rp 12 juta.
Dia berandai-andai, bila ada potongan “uang minum” dalam setiap bulannya sebesar Rp 200.000, maka dia masih bisa mengantongi uang sebesar Rp 9.600.000. angka tersebut tentu sangat besar bagi petani miskin di pedalaman Bireuen.
Ismail sangat bersemangat hingga ia minta tolong kepada wartawan yang mewawancarainya saat itu untuk menanyakan kepada Gubernur terpilih agar memberitahukan syarat-syarat yang harus dilengkapinya agar bisa mendapatkan uang itu. Apakah cukup dengan KK, atau ada foto kopi KTP dan surat pernyataan?.
“Pak wartawan tolonglah tanyakan kepada Gubernur Zaini dan Mualem tentang syarat mendapatkan uang itu. Apa cukup dengan KK, selain itu apalagi? Apa perlu saya siapkan foto kopi KTP dan surat pernyataan?,” katanya penuh harap.
Janji-janji Zaini Abdullah-Muzakkir Manaf (Zikir) ini memang bisa menjadi ukuran keseriusan perhatiannya terhadap keinginan masyarakat Aceh. Semua janji itu, merupakan pertaruhan nama baik pasangan ini. Bila gagal, maka mereka akan dilupakan rakyat. Tapi bila berhasil, maka tidak tertutup kemungkinan mereka akan dipilih kembali karena semakin menguatnya dukungan dan kepercayaan masyarakat Aceh terhadap mereka berdua. Hal ini juga menjadi modal PA (Partai Aceh) di Pemimukada berikutnya tahun 2014 mendatang.
Tentu kita semua, terlebih lagi masyarakat Aceh wajib mendukung pasangan ini untuk mewujudkan semua janji mereka, walau terkesan banyak yang mustahil. Pemerintahan yang masih sangat baru ini perlu diberikan dorongan positif.
Akhirnya, mari kita lihat, dengar, dan tunggu, akan apa yang bakal terjadi. Apakah janji-janji itu benar adanya ataukah hanya sekedar lips service untuk mencari dukungan dan simpati masyarakat agar memilih mereka berdua?.
Lebih dari itu, semua yang nantinya bakal terjadi akan dapat menjawab satu pertanyaan paling serius, yakni apakah benar masyarakat Aceh memilih pasangan yang diusung PA ini karena keluar dari lubuk hati yang paling dalam atau karena ketakutan terhadap intimidasi dan agitasi dari PA, yang notabene diawaki oleh orang-orang mantan anggota militer bersenjata GAM, yang ditakuti masyarakat Aceh, dari dulu hingga sekarang?