Kamis, 29 Maret 2012

Pemilukada & Pemimpin Aceh


Tidak lama lagi ureung aceh akan kembali memilih Gubernur-Wakil Gubernur, Bupati-Wakil Bupati, Walikota-Wakil Walikota. Pemilukada seperti menjadi kegiatan rutinitas lima tahunan rakyat. Terasa sangat singkat waktu lima tahun itu. Baru saja rasanya Pemilukada yang lalu, mereka telah memilih Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, juga Walikota-Wakil WAlikota. Lima tahun yang lalu merupakan bagian dari awal sebuah sejarah baru bagi Aceh. karena Aceh merupakan daerah pertama di Indonesia yang mengikutsertakan calon independen dalam Pilkada, dan telah terbkuti calon Independen memenangi Pemilukada.
Berbicara Pemilukada berarti membicarakan nasib rakyat, bagaimana nasib rakyat ke depan tergantung pemimpin yang terpilih. Sebagian calon yang akhirnya terpilih, tetap konsisten dengan apa yang diucapkan ketika kampanye. Namun  sebagian lainnya, janji hanya tinggal janji. Masyarakat hanya batu loncatan yang membawanya menjadi terkenal dan berkecukupan. Kerena memang realita, sebagian dari calon berangkat dari bukan orang berada, sehingga akibatnya tujuan akhirnya adalah memperkaya diri dan melunasi utang-utang ketika kampaye. Tidak aneh bila dia tidak sempat (tidak pernah) memikirkan rakyat yang telah membantunya terpilih, karena waktu lima tahun sangat singkat, dia harus mundur dan datang Pilkada selanjutnya.
Nampaknya masyarakat tidak lagi ambil pusing dengan fenomena ini, dari Pemilukada/Pilkada yang telah menjadi rutinitas lima tahunan, hingga para pemimpin dan wakil yang dipilih tidak pernah menepati janji, itu semua hanya sebagai pelengkap derita dari penderitaan yang telah mereka rasakan. Krisis kepercayaan ini telah mengakar di masyarakat.
Munculnya krisis kepercayaan itu dari masyarakat, dikarenakan mereka telah banyak dikecewakan oleh orang-orang yang mereka berikan kepercayaan. Masyarakat geram dan kesal serta tidak simpatik lagi terhadap pemerintah. Sehingga mereka hanya berkata “bah meunan, yang penting bek karu-karu le, mangat ta mita rezeuki” (biarkan saja seperti itu, yang penting tidak ada konflik lagi, kita mudah mencari rezeki).

Semoga para calon pemimpin sadar dan kembali ke jalan yang benar. Pada dasarnya memang setiap orang berhak menjadi pemimpin, tetapi sangat diperlukan kesiapannya sebagai pemimpin. Menguasai bermacam ilmu pengetahuan dan agama, serta yang terpenting adalah memahami dan mengerti masalah rakyat, serta punya konsep yang dapat memajukan dan mensejahterakan rakyat, dapat berbuat maksimal untuk rakyat, bukan untuk kepentingan diri sendiri.
Harapan kita, Pemilukada di Provinsi Aceh kali ini dapat berjalan sukses dan memberikan hasil yang diharapkan. Para calon benar-benar mewakili rakyat, bertujuan untuk mensejahterakan rakyat bukan untuk kepentingan diri sendiri dan kelompok. Oleh karena itu para calon harus memulai dari sekarang, kiranya belum terlambat untuk menjadi seorang calon pemimpin yang ikhlas, jujur, adil dan mengerti dengan persoalan masyarakat.