Tidak lama lagi ureung aceh akan kembali memilih Gubernur-Wakil Gubernur,
Bupati-Wakil Bupati, Walikota-Wakil Walikota. Pemilukada seperti menjadi kegiatan rutinitas lima tahunan
rakyat. Terasa sangat singkat waktu lima tahun itu. Baru saja rasanya Pemilukada
yang lalu, mereka telah memilih Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati, juga Walikota-Wakil WAlikota. Lima tahun yang lalu merupakan bagian dari awal sebuah sejarah baru
bagi Aceh. karena Aceh merupakan daerah pertama di Indonesia yang
mengikutsertakan calon independen dalam Pilkada, dan telah terbkuti calon
Independen memenangi Pemilukada.
Berbicara Pemilukada berarti membicarakan
nasib rakyat, bagaimana nasib rakyat ke depan tergantung pemimpin yang
terpilih. Sebagian calon yang akhirnya terpilih, tetap konsisten dengan apa
yang diucapkan ketika kampanye. Namun sebagian lainnya, janji hanya tinggal janji.
Masyarakat hanya batu loncatan yang membawanya menjadi terkenal dan
berkecukupan. Kerena memang realita, sebagian dari calon berangkat dari bukan
orang berada, sehingga akibatnya tujuan akhirnya adalah memperkaya diri dan
melunasi utang-utang ketika kampaye. Tidak aneh bila dia tidak sempat (tidak
pernah) memikirkan rakyat yang telah membantunya terpilih, karena waktu lima
tahun sangat singkat, dia harus mundur dan datang Pilkada selanjutnya.
Nampaknya masyarakat tidak lagi ambil
pusing dengan fenomena ini, dari Pemilukada/Pilkada yang telah menjadi rutinitas lima
tahunan, hingga para pemimpin dan wakil yang dipilih tidak pernah menepati
janji, itu semua hanya sebagai pelengkap derita dari penderitaan yang telah
mereka rasakan. Krisis kepercayaan ini telah mengakar di masyarakat.
Munculnya krisis kepercayaan itu dari
masyarakat, dikarenakan mereka telah banyak dikecewakan oleh orang-orang yang mereka berikan kepercayaan. Masyarakat
geram dan kesal serta tidak simpatik lagi terhadap pemerintah. Sehingga mereka
hanya berkata “bah meunan, yang penting bek karu-karu le, mangat ta mita
rezeuki” (biarkan saja seperti itu, yang penting tidak ada konflik lagi, kita
mudah mencari rezeki).
Semoga para calon pemimpin sadar dan
kembali ke jalan yang benar. Pada dasarnya memang setiap orang berhak menjadi
pemimpin, tetapi sangat diperlukan kesiapannya sebagai pemimpin. Menguasai
bermacam ilmu pengetahuan dan agama, serta yang terpenting adalah memahami dan
mengerti masalah rakyat, serta punya konsep yang dapat memajukan dan
mensejahterakan rakyat, dapat berbuat maksimal untuk rakyat, bukan untuk
kepentingan diri sendiri.
Harapan kita, Pemilukada di Provinsi Aceh kali ini dapat
berjalan sukses dan memberikan hasil yang diharapkan. Para calon benar-benar
mewakili rakyat, bertujuan untuk mensejahterakan rakyat bukan untuk kepentingan
diri sendiri dan kelompok. Oleh karena itu para calon harus memulai dari
sekarang, kiranya belum terlambat untuk menjadi seorang calon pemimpin yang
ikhlas, jujur, adil dan mengerti dengan persoalan masyarakat.